Gempa Magnitudo 4,3 Guncang Bima, NTB pada Dini Hari
Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 4,3 mengguncang wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Rabu dini hari, 30 April 2025, sekitar pukul 03.44 WIB. Informasi awal mengenai gempa ini disampaikan oleh akun resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui media sosial X (dulu Twitter) dengan tagar #Gempa.
Pusat gempa terdeteksi berada pada titik koordinat 8.53 derajat Lintang Selatan dan 118.93 derajat Bujur Timur. Namun belum ada laporan resmi mengenai kedalaman gempa atau potensi dampaknya terhadap wilayah permukiman sekitar. Gempa ini terjadi di laut, namun cukup dirasakan oleh warga yang berada di daratan Bima dan sekitarnya.
BMKG dalam keterangannya menyampaikan bahwa informasi ini bersifat sementara dan dapat mengalami perubahan seiring dengan kelengkapan dan validasi data yang masih terus diproses. “Disclaimer: Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah,” tulis mereka.
Hingga saat ini belum ada informasi pasti mengenai kerusakan infrastruktur atau adanya korban jiwa yang diakibatkan oleh gempa tersebut. Namun sejumlah warga dilaporkan terbangun akibat getaran yang dirasakan cukup kuat, meski dalam durasi yang singkat. Beberapa warga juga tampak melaporkan peristiwa tersebut di media sosial dengan menyebutkan lokasi masing-masing.
Pihak BPBD setempat telah mulai melakukan pemantauan dan pengecekan di sejumlah titik rawan, termasuk kawasan padat penduduk serta wilayah pesisir yang berpotensi terdampak lebih besar. Meski demikian, belum ada peringatan tsunami yang dikeluarkan seiring karakteristik gempa yang tidak mengindikasikan potensi gelombang laut besar.
Gempa bumi bukan hal asing di kawasan NTB yang secara geografis berada dalam lingkaran Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Wilayah ini memang rawan aktivitas tektonik karena berada di pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia, menjadikannya salah satu daerah dengan tingkat kegempaan tinggi di Indonesia.
Masyarakat diimbau tetap tenang dan waspada, serta mengikuti informasi resmi dari BMKG atau instansi terkait. Dalam situasi seperti ini, sangat penting untuk menghindari informasi hoaks yang dapat memicu kepanikan berlebihan. Pemerintah daerah juga diharapkan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi gempa susulan yang mungkin terjadi.